Kalimat Langsung adalah kalimat yang langsung diutarakan oleh pembicara kepada pendengar. Untuk membedakan kalimat yang dituturkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam suatu penulisan digunakan tanda petik dua ("...").
Contoh:
"Siswa-siswi SD Sukma Bangsa Lhokseumawe adalah murid yang sopan dan ramah." Puji Bu Yulis.
"Anak-anak, jangan buang sampah sembarangan!" ujar Bu Ana.
Jadi, bisa disimpulkan langkah-langkah dalam menulis kalimat langsung (menurut saya pribadi setelah saya baca semua buku:)
1. Tanda petik dua di awal kalimat
2. Huruf Kapital.
3. Kalimat.
4. Tanda baca (tanda titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), dan tanda seru (!))
5. Tanda petik dua di akhir kalimat.
Demikian dan terima kasih, semoga bermanfaat untuk saya pribadi dan pembaca umumnya! (*_*)
Tuesday, September 29, 2015
Wednesday, September 16, 2015
SedeRhana!!!!
Jak ube lot tapak, duk ube lot punggong
Ngui beulaku tuboh, pajoh beulaku atra
Jak beulaku linggang, pinggang beulaku ija
-Pepatah Aceh-
Tidak
ada yang cukup bagi orang yang menganggap cukup itu terlalu sedikit
-Epicurus-
Cukup. Kata yang relative. Masing-masing pribadi
memiliki tolak ukur yang berbeda terkait makna cukup. Sebagian orang memaknai
cukup sebagai mapan seumur hidup, sebagiannya lagi memaknai cukup dengan kata
sederhana, yaitu memperoleh sesuap nasi untuk sehari. Namun, bagi saya pribadi
cukup itu berarti menjalani hari-hari dengan sederhana dan selalu bersyukur.
Mencoba melakukan yang terbaik setiap harinya juga
merupakan salah satu cara untuk memenuhi arti kata cukup. Bertanggung jawab
dengan tugas yang diemban, berusaha mengerjakan kewajiban tepat waktu, mencoba belajar
akan sesuatu yang belum pernah dipelajari, dan berbagai macam hal baik lainnya
merupakan cara-cara yang bisa manusia usahakan untuk memenuhi arti kata cukup.
Ada garis yang tidak dapat dilanggar jika ingin
memenuhi “cukup” dalam hidup manusia, tergantung apa yang ditekuni oleh
individu tersebut. Bagi saya seorang pendidik, berarti batasan saya yang tidak
boleh saya langgar adalah mendidik, karena dalam profesi saya bukan hanya
mentransfer ilmu, tapi saya juga harus mendidik. Apalagi saya mengajar di
sekolah dasar, dimana anak didik saya masih susah untuk memilah hal yang baik
dan hal yang salah.
Sekarang ini sebagian besar susah
jika ditanya arti cukup dalam kapasitas harta, namun jika ditanya kapasitas
cukup dalam arti ilmu, mudah saja dijawabnya, “kan wajib belajar 9 tahun”. Sungguh
realitas.
Harapannya dalam patokan harta, cobalah pakai arti
kata cukup sesuai dengan pepatah Aceh “Jak ube lot tapak, duk ube
lot punggong, Ngui beulaku tuboh, pajoh beulaku atra, Jak beulaku linggang,
pinggang beulaku ija”, yang berarti jak ube lot
tapak, memberi pemahaman pada kita bahwa dalam menggunakan sesuatu sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan, dan persediaan yang ada. Kita juga dianjurkan
tidak berlebih-lebihan, tetapi sederhana dan senantiasa bersyukur dengan apa
yang kita miliki
Dalam hal ilmu, cobalah lebih rakus. Rakus ilmu bagi
seseorang merupakan hal yang wajib untuk membuktikan eksistensinya di dunia, bisa
dimulai dengan hal kecil, yaitu sisihkan waktu untuk membaca.
Subscribe to:
Posts (Atom)