Wanita Hebat
itu Bernama Ibu
Bermacam panggilan sekarang dilekatkan kepada seorang perempuan
yang telah melahirkan. Mak, ummi, mama, bunda, mami, dan berbagai macam jenis
panggilan lainnya yang berarti ibu. Panggilan yang berarti bahwa identitas
seorang perempuan ini akan berubah ketika dia melahirkan seorang anak. Mulia.
Ia mulia, betapa dimuliakan di sisi Allah perjuangan seorang ibu ketika
mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan nyawa lainnya. Perjuangan yang
dimulai dari masa mengandung selama 9 bulan lamanya pada kebiasaan. Suka-duka
pada masa itu hingga tiba untuk berjumpa dengan buah hati yang selalu
didoakannya agar menjadi anak shalih dan shalihah.
Hal ini berbanding terbalik jika dibandingkan dengan kehidupan bayi
perempuan pada masa jahiliyyah. Dulu, sebelum lahirnya Rasulullah, bayi-bayi
perempuan pun dikuburkan hidup-hidup.
Kodrat perempuan adalah untuk mengandung, bisa dibayangkan jika dahulu
pada masa Rasulullah jika hal ini terus berlanjut, apakah generasi manusia akan
memadati dunia seperti sekarang?
Paripurna Seorang Ibu?
Pada suatu masa beberapa bulan yang lalu sempat terjadi perdebatan
seru di media sosial tentang melahirkan secara normal dan operasi caesar. Bagi
perempuan yang mempunyai anugerah bisa melahirkan secara normal mengeluarkan pernyataan
bahwa ibu yang melahirkan secara caesar bukanlah wanita super sehingga
mengurangi nilainya untuk dipanggil sebagai seorang ibu. Sangat konyol memang
bagi yang mengeluarkan dan mendukung pernyataan ini, karena pada hakikatnya
untuk melahirkan melalui jalur mana saja hanyalah sebuah pilihan dan tuntutan
keadaan juga. Kalau mau ditinjau lebih menyakitkan yang mana? Sama-sama
menyakitkan, hanya waktu merasakan sakitnya saja yang berbeda.
Terlebih lagi, perjuangan seorang ibu tidak usai saat itu saja.
Betapa banyak lagi tanggung jawab setelah itu yang perlu dijadikan bahan
sharing di antara ibu-ibu dibandingkan meributkan hal-hal yang satu sama
lainnya kadang tidak pernah mencicipi. Keparipurnaan itu bukan dilihat proses
lahirnya si anak, tapi ketika mampu mengarahkan anak menjadi setara sukses atau
lebih hebat dari ibunya sekarang.
Perempuan pekerja dan ibu rumah tangga juga sama supernya. Karena
ini kembali lagi hanyalah sebuah
pilihan. Ketika seorang perempuan menjadi pekerja dan menjadi seorang ibu
artinya dia sudah paham konsekuensi yang harus dijalaninya; tanggung jawabnya
pun berlebih, amanahnya bertambah, dan kewajibannya pun otomatis berlipat.
Sebaliknya, seorang perempuan yang hanya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga
pun itu adalah pilihan masing-masing. Tidak perlu mencibir pilihan satu sama
lainnya. Satu hal yang tidak akan pernah berubah, kemana pun kaki melangkah,
ketika seorang wanita sudah menjadi seorang ibu, tanggung jawabnya sudah pasti
bertambah. Meskipun sebagian besar
perempuan sekarang bekerja di luar rumah, mereka masih diharapkan agar
memprioritaskan mengasuh anak hingga dewasa (Stier, Lewin-Epstein, Braun,
2001).
Al Madrasatul Ula
“Al- ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”. Begitulah bunyi sya’ir Arab yang berarti ibu adalah sekolah
utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi
terbaik. Ibu mana yang tidak mau
melakukan hal ini? jauh-jauh hari, semua perencanaan telah dilakukan agar buah
hatinya mencicipi hal yang lebih baik dari dirinya. Meskipun tidak ada ilmu
parenting yang pasti untuk dijadikan patokan dalam mendidik dan setiap orang
tua punya gaya berbeda dalam menyikapi dilematik dalam mendidik, namun misi
semua ibu di dunia masih sama, yaitu menciptakan anak yang berkarakter.
Berat tantangan
yang harus dihadapi seorang ibu dalam mempersiapkan generasi ini. Cara yang
diterapkan nenek-kakek terdahulu bisa jadi sudah kurang sesuai dengan anak
zaman sekarang. “Didiklah anak sesuai zamannya” adalah pegingat dari Ali
bin Abi Thalib kepada seluruh orang tua untuk menjadi seorang pendidik yang
awas. Tantangan yang dihadapi mereka ke depan merupakan tantangan yang harus
diantsisipasi juga oleh ibu-ibu dalam mendidik kids zaman now. Senjata
yang paling ampuh yang tidak akan pernah digerus zaman jka terus ditanamkan
kepada anak sejak kecil adalah ilmu agama. Benteng pertahanan anak semakin kuat
jika didukung dengan ilmu lainnya untuk menghadapi tantangan-tantangan di abad
modern. Seorang ibu memang harus selangkah lebih maju daripada anak-anaknya
agar tidak mudah “dikibulin”.
Satu hal yang dipinta
oleh ibu kepada anaknya, yaitu bakti. Bakti di sini berarti kerja sama dari
anaknya. Ketika anak mau berbakti, imbalan yang didapatkan pun sesuai. Syurga
dari Allah dan kebahagiaannya di dunia. Terima kasih ibu.
Siti
Sarayulis, S.I.Kom., M.A
Putri
dari seorang wanita hebat yang sekarang menjadi guru SDS Sukma Bangsa Lhokseumawe
Email:
yulishasanuddin@gmail.com